bisnis PTC INDONESIA

Iklan kami

Cari disini

peringatan hari raya besar agama hindu ( NYEPI )

Peringatan hari raya besar agama hindu ( NYEPI )

Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Agama R.I. No. 14 Tahun 1983, telah ditetapkan hari Raya Nyepi (peralihan tahun Çaka) sebagai Hari Raya Hindu/Hari Libur Nasional.

Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi merupakan hari pergantian hatun Çaka bagi umat Hindu di Indonesia, dimana diperinci secara mendalam dengan malaksanakan beberapa (pantangan) / hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Adapun rangkaian Hari Raya Nyepi terdiri yaitu: Melasti (Mekiis), Tawur, Sipeng, dan Ngembak Geni.

Melasti atau Mekiis dilaksanakan 2 hari sebelum tilem kesanga dengan upacara mengambil tempat di pantai bagi masyarakat yang dekat dengan laut, di tepi danau bagi masyarakat yang dekat dengan danau atau di sumber mata air yang disucikan bagi mereka yang jauh dari laut atau danau.

Tujuan melasti menurut lontar Sundari Gama adalah:
angamet sarining bhuana anglebur malaning bhumi”
Artinya : mengambil sari-sari dari dunia dan melebur/membersihkankekotoran bumi.

Pada saat itu semua simbul-simbul keagamaan dibawa kelokasi Melasti yaitu pantai, danau, mata air dan diupacarai secara ritual, dan setelah itu kembali distanakan di Bale Agung. Pada malam harinya setelah upacara ngerupuk dan tawur, symbol-simbol keagamaan dibawa kembali ke pura masing-masing.

Tawur, merupakan upacara yang dilaksanakan di perempatan jalan di pusat kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa.
Pada umumnya dipropinsi, kabupaten, dan kecamatan upacara ini dilaksanakan pada siang hari jam 12:00, sedangkan di desa-desa dilaksanakan sore hari jam 5 atau 6 yang mengambil tempat di perempatan desa.

Tawur yang lebih kecil disebut caru.

Tingkat caru ini dilaksanakan di desa-desa dan di kecamatan.

Tujuan tawur atau caru ini dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan bhuwana agung dan bhuwana alit.

Yang disebut bhuana agung adalah alam sekitarnya (alam semesta), sedangkan bhuwana alit adalah manusia itu sendiri (umat manusia).

Selama setahun, dari sejak Nyepi yang lampau manusia terlalu banyak mengambil isi dunia berupa air, minyak, gas bumi, bahan makanan, bahan pakaian, perlengkapan, dan sebagainya, maka terjadilah ketidakseimbangan / tidak harmoni lagi.

Isi dunia terlalu banyak yang terambil dari yang terkembalikan. Lebih-lebih jika pengambilan didasarkan atas keserakahan, maka pincanglah geraknya alam, tidak harmoni lagi.

Tawur yang berarti mengembalikan, mengandung pengertian agar kita mengembalikan apa yang terlalu banyak kita ambil dan nikmati di dunia dengan jalan mengorbankan harta milik serta kesenangan berwujud sarana upacara yadnya agar pikiran kita tidak karatan oleh harta benda duniawi.

Nyepi (sipeng) merupakan kelanjutan daripada tawur, maksudnya Nyepi (sipeng) dilaksanakan keesokan harinya setelah tawur.

Jika pelaksanaan Tawur merupakan perlambang keikhlasan berkorban agar hidup kita seimbang, maka pada hari Nyepi (sipeng) pikiran kita dikendalikan terwujud dalam beberapa pantangan yang wajib dilakukan yaitu:
1.Amati Geni, secara nyata diwujudkan dengan tidak menyalakan api, sedangkan makna sesungguhnya adalah mematikan sifat marah, benci, loba, dan tamak yang berkorbar di tubuh, pikiran kita.
2.Amati Gawe, secara nyata diwujudkan dengan tidak bekerja, sedangkan makna sesungguhnya adalah menghentikan kegiatan jasmani dengan tujuan dipusatkan dalam kegiatan rohani.
3.Amati Lelunganan, secara nyata orang tidak dibenarkan untuk bepergian kemana-mana kecuali bagi mereka yang sakit atau melaksanakan tugas yang tidak bisa dihindari. Makna sesungguhnya adalah dengan mengendalikan atau menghentikan kegiatan pisik akan memantapkan kegiatan rohani.
4.Amati Lelangunan, secara nyata tidak dibenarkan menikmati hiburan hiburan, artinya sesungguhnya merupakan pengendalian pikiran terhadap tarikan-tarikan kama atau keinginan.

Berata penyepian dilaksanakan selama 24 jam berlangsung mulai pagi hari Nyepi jam 06:00 sampai pagi esok harinya jam 06:00. Ini merupakan betuk Tapa tertinggi dalam Hindu Dharma. Bandara International pun ditutup karena aktivitas ini.

Pada saat inilah saat yang paling baik untuk merenungkan kebesaran dan anugrah Tuhan yang telah diberikan kepada manusia dan selanjutnya mengadakan introspeksi tentang perbuatan baik atau buruk, dosa atau jasa yang telah kita laksanakan dalam jangka waktu satu tahun. Dengan menginstropeksi ini kita akan mendapat pelajaran untuk kita bisa berbuat lebih baik pada tahun yang akan datang.

Bagi para Yoga hari ini digunakan untuk bersemadi.

Semua pantangan itu tujuannya tidak lain agar kita dapat memetik dan belajar dari renungan terhadap pengalaman-pengalaman pada tahun yang lalu, dan dapat lebih waspada serta lebih banyak berbuat kebaikan pada tahun yang akan datang.

Setiap perubahan status atau tingkat, umat Hindu selalu merayakannya seperti:
Ketika seseorang baru meningkat dewasa sepatutnya melakukan upacara pagedong-gedongan. Orang yang akan melangsungkan perkawinan, orang yang akan medwi jati (mejadi pendeta) semuanya menempuh upacara sipeng berwujud upacara pagedong-gedongan, yaitu menyepi satu malam, di dalam kamar tidak boleh ke luar.

Kalau diambil kias pada ulat, sebelum ulat berubah tingkat menjadi kupu-kupu (wujud yang lebih sempurna) maka telebih dahulu dia mengurung diri di dalam kepompong, dan berpuasa serta tidak bergerak beberapa hari, untuk selanjutnya bisa lahir menjadi kupu-kupu terbang dengan megah menikmati sari-sarinya bunga.
Begitulah manusia untuk menghadapi tahun baru, hari esok yang lebih cerah dan lebih baik.

Jika pada tahun Masehi peralihan tahun jatuh pada bulan ke 12 masehi.
Untuk peralihan tahun Caka jatuh pada bulan ke 9 (bulan sanga tahun CAKA) , karena angka 9 merupakan angka yang tertinggi, sedangkan angka 10 merupakan angka ulangan dari angka 1 dan 0.

Di samping itu angka 9 memiliki keunikan, angka sembilan jika dikalikan berapa saja, kecuali angka pecahan maka angka hasilnya bila dijumlahkan akan berjumlah 9.
Contoh:
9 x 3 = 27 è 2 + 7 = 9
9 x 6 = 54 è 5 + 4 = 9

Pada bulan ke 9 tahun Caka ini, posisi matahari tepat di atas katulistiwa dan untuk selanjutnya menggelincir menuju belahan bumi bagian utara.

Bagi umat Hindu jika matahari ada di bagian utara katulistiwa dianggap merupakan bulan-bulan yang baik untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan seperti Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, dan Pitra Yadnya.

Karena dalam Agama Hindu sudah ditentukan Utara adalah arah menuju alam yang lebih tinggi, artinya arah atas yang sesungguhnya adalah arah yang menuju kutub utara dari alam semesta jagat raya yang maha luas, (bukan atas-bawah berdasarkan grafitasi bumi sehingga atas itu langit dan bawah itu bumi).

Dengan demikian tahun baru disambut dengan cerah disertai alam yang terang.

Ke esokan harinya disebut Ngembak Geni, pada saat ini dilaksanakan sima karma atau dharma santi, yaitu maaf-memaafkan dengan seluruh keluarga, teman dan sahabat.

Apa bila menjelang Ngembak Geni, umat Hindu melaksanakan Panca Dharma, yaitu:
1. Dharma Santi, yaitu temu wirasa, maaf memaafkan;
2. Darma Tula , yaitu berdiskusi tentang arti / makna merayakan hari Penyepian;
3. Dharma Sedana, yaitu bersedekah kepada fakir miskin atau yang patut diberikan sedekah;
4. Dharma Gita, yaitu membaca / melantunkan lagu-lagu (kidung suci).
5. Dharma Yatra, yaitu mengunjungi tempat-tempat suci.

Hari-hari libur yang lain untuk umat Hindu ditetapkan atas dasar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tertanggal 16 Februari 1983 No. 00311/2454/Binsos Mental, sebagai berikut:
Hari Raya Sivaratri dan Saraswati
Hari Raya Pagerwesi
Hari Raya Ngembak Geni
Hari Raya Penampahan Galungan
Hari Raya Galungan
Hari Raya Umanis Galungan
Hari Raya Kuningan -oOo-

info menarik